Andai saja hari itu aku tak mengajakmu. Andai saja waktu itu aku tak terbangun. Andai saja waktu itu aku malas mendengarmu. Semua yang terjadi hari ini tidak akan pernah ada.
Orang itu asing tapi tatapan, sentuhan dan suara yang terdengar di telingaku tampak tak asing. Seketika diriku yang memudar mulai kembali hingga aku nyaris dalam kondisi sadar saat bersamanya.
Orang itu asing tapi tatapan, sentuhan dan suara yang terdengar di telingaku tampak tak asing. Seketika diriku yang memudar mulai kembali hingga aku nyaris dalam kondisi sadar saat bersamanya.
"Hei are you okay?" tanyanya di sela lamunanku.
"Ha... ya aku baik saja. Maksudku berusaha baik saja" jawabku.
"Its oke kalau kamu gak mau cerita, aku paham." sambungnya sambil mulai memutar pipet di gelas Milkshake yang dia pesan. Aroma mangga dan Yakult di minumannya membuatku mabuk. Ah ya aku sedang berkomunikasi dengannya, kenapa aku terpengaruh dengan isi minumannya.
"Umm aku cuma pengen sendiri dulu saat ini" jawabku lirih.
"Beneran? Yakin? Keknya bakal susah deh typical kayak kamu" sanggahnya cepat.
Tau apa kamu, pikirku. Sedang aku sudah mengkondisikan diriku untuk hidup sendiri dan menikmati hari-hari tanpa beban. Iya niatku saat itu seperti itu. Menghantikan apapun yang berusaha menyakiti kembali hatiku. Menepis kesempatan orang-orang untuk menghakimi dan mengkritik diriku.
"Setauku si ya, orang kayak kamu ini bagusan mikir cepat cari penggantinya. Gak bisa sendiri ngadepi hidup ini. Dah deh gak usah lebay bilang-bilang mau sendiri dulu" sambungnya. Wajahku kupalingkan ke samping. Aroma makanan meja sebelah mengganggu konsentrasiku. Seketika aku mual karena mulai meragu dengan yang aku yakini. Apa iya pikirku.
"Mungkin ya, kayak cenayang aja kamu" jawabku.
"Hahahahahahaha" gelegar tawanya mengejutkanku. Mataku pun langsung menoleh ke wajahnya. Tanpa beban dia menertawakan kegaduhan hidupku. Sialan pikirku, baru kenal aku sudah ditertawakan begini.
"Okelah, bagaimana dengan kamu?" tanyaku balik.
"Aku baik saja. Gak ada yang perlu diceritakan" sambarnya ringan.
Keningku berkerut dan dia kembali tertawa sambil mengatakan kalimat yang memancingku tertawa juga "Jangan sportify kali kening itu".
Beberapa waktu setelah kita tertawa puas, seolah-olah aku merasa ragaku dan pikiranku tersadar penuh. Aku menikmati pembicaraan ini. Tawanya, candanya, suaranya memabukkanku hingga sesaat aku bisa melupakan betapa mirisnya kehidupanku.
Dan waktu ternyata bercanda dengan kami. Mengakhiri perjumpaan kami yang singkat namun berkesan. Ada sejuta ingatan di kepala yang tersimpan padahal pertemuan hanya terjadi 3 jam saja.
Kami pun berpisah dan saling bertatapan. Ucapan kami malam itu hanya "Selamat Tahun Baru ya! Semoga tahun berikutnya hidup jauh lebih bahagia".
Part 1 - End
Comments
Post a Comment